Selasa, 22 Maret 2011

kapita selekta komodtas pisang

1. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu sentra primer keragaman pisang, baik pisang segar, olahan dan pisang liar. Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia. Tingginya keragaman ini, memberikan peluang pada Indonesia untuk dapat memanfaatkan dan memilih jenis pisang komersial yang dibutuhkan oleh konsumen. Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar di Asia yang menyumbang sekitar 50 persen produksi pisang Asia Sentra produksi pisang di Indonesia adalah Jawa Barat (Sukabumi, Cianjur, Bogor, Purwakarta, Serang), Jawa Tengah (Demak, Pati, Banyumas, Sidorejo, Kesugihan, Kutosari, Pringsurat, Pemalang), Jawa Timur (Banyuwangi, Malang), Sumatera Utara (Padangsidempuan, Natal, Samosir, Tarutung), Sumatera Barat (Sungyang, Baso, Pasaman), Sumatera Selatan (Tebing Tinggi, OKI, OKU, Baturaja), Lampung (Kayu Agung, Metro), Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali dan Nusa Tenggara Barat.
Pisang adalah salah satu komoditas buah unggulan Indonesia. Luas panen dan produksi pisang selalu menempati posisi pertama. Pada tahun 2002 produksinya mencapai 4.384.384 ton (BPS, 2003) dengan nilai ekonomi sebesar Rp 6,5 triliun. Produksi tersebut sebagian besar dipanen dari pertanaman kebun rakyat seluas 269.000 ha. Disamping untuk konsumsi segar beberapa kultivar pisang di Indonesia juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri olahan pisang misalnya industri kripik, sale dan tepung pisang. Perkembangan kebun rakyat dan
industri olahan di daerah sentra produksi, dapat memberikan peluang baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.
Industri pengolahan pisang di Indonesia selain mampu memasok pasar domestik dan juga sudah mulai mengekspor. Namun terbatasnya daya serap pasar domestik dan persaingan pasar yang semakin ketat, sehingga kesinambungan industri pengolahan masih kurang lancar. Sebagai makanan, buah pisang dapat diolah mejadi beragam produk yang lezat antara lain, seperti : kripik, ledre, getuk jus, puree, sale, jam, dan pisang goreng/bakar. Buah pisang juga dapat diolah menjadi tepung, makanan bayi, cuka, cider (wine) dan sirup glukosa. Hampir sebagian besar produk ini sudah diproduksi skala komersial (UKM).
Pisang banyak mengandung vitamin dan mineral esensial yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Bahkan di beberapa daerah di Papua pisang merupakan subsitusi makanan pokok, seperti di beberapa negara di Afrika.

1.2 Permasalahan
1. Bagaimana kondisi agribisnis komoditas pisang dari hulu sampai hilir di Indonesia?
2. Bagaimana posisi agribisnis komoditas pisang di pasar dunia/global dan domestik?
3. Bagaimana isu terkini kebijakan pemerintah Indonesia terhadap komoditas pisang yang diterapkan sekarang?
4. Bagaimana strategi pengembangan komoditas pisang di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa akan kebijakan dan strategi agribisnis komoditas pisang di Indonesia.
2. Bagi masyarakat berguna untuk mengetahui potensi dan peluang agribisnis komoditas pisang di Indonesia.
3. Bagi pemerintah berguna sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan agribisnis komoditas pisang di Indonesia.







II. KONDISI AGRIBISNIS KOMODITAS PISANG DI INDONESIA

Usahatani pisang di Indonesia sebagian besar dilakukan petani dalam skala kecil-kecilan pada lahan tegalan, pekarangan atau kebun campuran. Khusus di daerah lahan kering tanaman ini memegang peranan ganda yang penting. Ditinjau dari aspek ekonomi keluarga, usahatani tanaman ini mampu menye¬diakan sejumlah pendapatan secara kontinyu sepanjang tahun, dan ditinjau dari aspek konservasi tanah ternyata pisang juga mempunyai kemampuan cukup baik untuk melin¬dungi tanah (PLKK, 1988).
Keaneka-ragaman jenis pisang yang ada di wilayah Jawa Timur ternyata mempunyai makna ganda bagi upaya-upaya pengem-bangannya. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar jenis pisang yang ditanam petani mempunyai produktivitas dan kualitas buah yang relatif masih rendah. Keadaan seperti ini telah mengaki¬batkan rendahnya nilai ekonomis buah pisang dan terbatas¬nya jangkauan pemasaran produk-produk buahnya. Pada giliran selanjutnya keadaan seperti ini akan berdampak terhadap rendahnya insentif bagi masyarakat atau suasta untuk mena namkan investasi nya dalam agribisnis pisang.
Masalah lain yang juga dihadapi dalam pengembangan komoditi buah-buahan pisang ini adalah masih lemahnya keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor industri, terutama di pedesaan. Sehingga sebagian terbesar komoditi pisang dipa sarkan sebagai produk primer. Untuk lebih memperkuat keterkaitan antar sektor tersebut diperlukan kerjasama inter-sektoral yang lebih aktif dalam mengem¬bangkan komoditi pisang, penyediaan IPTEK budidaya dan agroindustri pisang yang mampu menyediakan alternatif produk sekunder dan tersier dari komoditi pisang di pede¬saan, dan kebijakan pemerintah yang lebih terarah.
Karakteristik dan produksi buah pisang sangat diten¬tukan oleh pertumbuhan tanaman, dan jumlah buah dipenga¬ruhi oleh ukuran tandan dan jumlah sisir. Pemotongan bunga jantan (jantung) sejauh 25 cm dari sisir terakhir dapat meningkatkan berat tandan buah dan mempercepat waktu masak. Usahatani pisang yang sekarang dilakukan oleh penduduk umumnya masih tergolong "low input", sehingga secara ekonomis memberikan keuntungan petani.

Tabel 1. Luas lahan di beberapa propinsi yang berpotensi untuk areal
penanaman pisang
No Propinsi Luas Lahan (ha) No Propinsi Luas Lahan(ha)
1 Riau 1.584.667 7 Kalimantan Selatan 293.569
2 Sumatera Utara 554.67 8 Kalimantan Timur 5.168.321
3 Sumatera Selatan 455.656 9 Sulawesi selatan 355.035
4 Bangka Belitung 433.52 10 Maluku 1.332.796
5 Kalimantan Barat 1.773.801 11 Maluku Utara 1.644.053
6 Kalimantan Tengah 2.226.188 12 Papua 9.943.353

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pisang adalah tanaman yang telah biasa di jawa Timur. Oleh karena itu pisang dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara sederhana dapat berkembang biak dengan baik.

2.1 Profil dan Potensi Agribisnis Komoditas Pisang di Indonesia
Secara umum penggunaan alat-alat/mesin pertanian dalam usahatani pisang dimulai dari persiapan lahan sampai pengolahan. Namun demikian, operasional penggunaan alat dan mesin tersebut untuk usahatani pisang skala rakyat masih sangat mahal dan hanya bisa dilakukan oleh perusahaan perkebunan besar. Benih kultur jaringan umumnya diadakan untuk memenuhi permintaan program pengembangan perluasan tanam dari pemerintah atau pembukaan kebun oleh pihak swasta.
Di Indonesia panen pisang tidak mengenal musiman, karena curah hujan tersebar merata sepanjang tahun. Hal ini sangat menguntungkan dan berdaya saing terutama untuk tujuan usaha pascapanen buah pisang segar yang melibatkan berbagai tahapan operasional antara lain: panen (kriteria, waktu dan cara pemanenan), pengangkutan ke bangsal pengemasan, (pemotongan sisir, pencucian, perlakuan fungisida, pengeringan, pengemasan), transportasi kemasan pisang dan pemuatan ke kontainer berpendingin (cool storage) yang kemudian dimuat ke kapal, kereta api atau truk.
Sentra produksi pisang di Indonesia tersebar di 16 propinsi, 70 kabupaten. Selama periode 1995 sampai 2002 luas panen pisang berfluktuasi, namun pada tahun 2003-2004 cenderung meningkat (FAOSTAT, 2005). Produktivitas pisang juga berfluktuasi antara 11,6 ton/ha (1997) sampai 16,3 ton/ha (2002). Sedangkan produksi sejak tahun 1996 sampai 2003 meningkat. Enam belas daerah sentra produksi pisang di Indonesia berdasarkan produksi dari tahun 1999 sampai 2003 disajikan pada Tabel 1.
Penanaman umumnya dilakukan menjelang musim hujan. Pada tahun 1993 usaha tani pisang dilaksanakan oleh sekitar 21.482.000 rumah tangga tani. Budidaya tanaman pada umumnya belum menerapkan inovasi teknologi secara optimal, karena sebagian besar pertanaman pisang merupakan usaha pekarangan skala kecil (0,5-5 ha) dengan inputs produksi dan distribusi minimal. Oleh karena itu mutu dan produktivitasnya masih rendah. Disamping itu kehilangan hasil pra panen dan pasca panen masih cukup tinggi.
Tabel 1. Produksi buah –buahan tujuh komoditas di Indonesia 2009
Provinsi Mangga Rambutan Pepaya Nanas Pisang Salak Sawo
Nanggroe Aceh Darussalam 22,422 20,864 8,652 973 61,133 605 4,387
Sumatera Utara 21,971 60,153 27,659 134,077 335,790 259,103 13,833
Sumatera Barat 9,649 18,571 9,011 983 91,938 1,881 14,928
R i a u 7,029 21,989 8,842 66,422 31,594 776 2,877
J a m b i 2,798 18,629 43,262 75,008 35,639 863 2,866
Sumatera Selatan 13,589 22,875 7,225 140,850 212,718 2,038 7,863
Bengkulu 3,966 7,417 7,919 625 31,341 1,506 2,413
Lampung 15,517 28,380 53,354 442,431 681,875 5,409 11,976
Bangka Belitung 3,440 4,927 1,442 9,266 9,060 1,908 478
Kepulauan Riau 1,843 6,533 1,889 2,726 2,812 322 379
DKI Jakarta 2,783 617 692 0 1,030 29 254
Jawa Barat 398,159 275,238 90,470 465,802 1,415,694 149,228 17,135
Jawa Tengah 423,752 115,269 55,956 21,363 965,389 174,519 9,538
DI Yogyakarta 41,775 24,923 9,093 542 52,734 62,572 5,204
Jawa Timur 694,314 143,208 231,975 44,275 1,020,773 74,042 8,451
Banten 23,991 23,541 4,061 369 194,835 1,394 2,142
B a l i 59,868 15,859 9,808 1,089 153,540 46,214 3,992
Nusa Tenggara Barat 99,360 9,455 17,077 50,105 72,925 75 8,562
Nusa Tenggara Timur 155,999 5,156 63,535 7,298 294,770 1,208 953
Kalimantan Barat 3,847 19,953 10,585 34,874 111,728 4,067 2,648
Kalimantan Tengah 6,706 30,856 4,368 34,444 29,769 1,915 1,511
Kalimantan Selatan 6,403 24,482 5,421 3,667 91,964 1,115 2,471
Kalimantan Timur 12,588 28,715 39,817 10,762 103,099 22,334 1,979
Sulawesi Utara 16,007 13,965 5,635 5,125 59,100 5,557 0
Sulawesi Tengah 13,794 5,724 2,728 761 26,983 519 94
Sulawesi Selatan 147,423 25,855 37,232 1,915 195,973 8,395 867
Sulawesi Tenggara 10,062 4,353 4,357 1,110 17,200 362 20
Gorontalo 3,901 133 794 210 7,529 5 0
Sulawesi Barat 11,533 4,734 1,731 469 42,873 120 36
M a l u k u 2,106 289 2,790 144 3,311 129 0
Maluku Utara 605 167 186 79 2,044 37 18
Papua Barat 724 1,812 2,789 201 5,501 131 1
Papua 5,516 2,199 2,489 231 10,869 636 0
Indonesia 2,243,440 986,841 772,844 1,558,196 6,373,533 829,014 127,876

Rata-rata produksi dan produktivitas pisang selama periode 1999 sampai 2003 masing-masing sekitar 4 juta ton dan 13,98 ton/ha (Tabel 2). Berdasarkan total produksi, pisang menduduki tempat pertama dibandingkan dengan total produksi mangga (1,5 juta ton), jeruk (1,5 juta ton), durian (741 ribu ton), dan manggis (79 ribu ton). Dari rata-rata produksi nasional pisang, sekitar 63% berasal dari pulau Jawa, Sumatera 18%, Kalimantan 6%, Sulawesi 6%, Bali dan Nusa Tenggara 8%.
Tabel 2. produksi buah-buahan tahun 1995-2009
Tahun Mangga Jeruk Pepaya Pisang Nanas Durian Manggis
1995 888,959 143,059 586,082 3,805,431 703,300
1996 782,936 91,469 381,963 3,023,484 501,111
1997 1,087,692 696,422 360,503 3,057,081 385,779 236,370 17,475
1998 600,059 490,937 489,948 3,176,749 326,956 210,116 23,511
1999 827,066 449,562 450,009 3,376,661 316,760 173,405 10,687
2000 876,027 644,052 429,207 3,746,962 393,299 236,794 26,400
2001 923,294 691,433 500,571 4,300,422 494,968 347,118 25,812
2002 1,402,906 968,132 605,194 4,384,384 555,588 525,064 62,055
2003 1,526,474 1,529,824 626,745 4,177,155 677,089 741,831 79,073
2004 1,437,665 2,071,084 732,611 4,874,439 709,918 675,902 62,117
2005 1,412,884 2,214,019 548,657 5,177,607 925,082 566,205 64,711
2006 1,621,997 2,565,543 643,451 5,037,472 1,427,781 747,848 72,634
2007 1,818,619 2,625,884 621,524 5,454,226 2,237,858 594,842 112,722
2008 2,013,121 2,311,581 653,276 5,741,351 1,272,761 602,694 65,133
2009 2,243,440 2,131,768 772,844 6,373,533 1,558,196 797,798 105,558



Tabel 2. Luas panen, produksi dan produktivitas pisang Indonesia 1995-2004
Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas
1995 280.242 3.805.431 (ton/ha)
1996 245.769 3.023.485 12,30
1997 263.686 3.057.080 11,60
1998 258.441 3.176.750 12,29
1999 269.778 3.375.851 12,51
2000 265 3.746.962 14,14
2001 277 4.300.422 15,53
2002 269 4.384.384 16,30
2003 308.5 4.311.959 13,98
2004 300 4.400.000 14,67

Di pasar domestik harga jual pisang sangat bervariasi tergantung tempat, varietas dan musim. Sebagai contoh di Pasar Induk Kramajati harga Pisang Ambon berkisar Rp 4.200-5.800/kg. Sementara itu di pasar Senduro, Jawa Timur, harga pisang Tanduk pada saat normal berkisar Rp 8.000–10.000 per tandan yang berisi 1-3 sisir, sedangkan pada saat lebaran mencapai Rp. 15.000-20.000 per tandan. Di Nusa Tenggara Barat harga pisang pada hari-hari biasa berkisar antara Rp. 1.500-5.000 per sisir, sedangkan pada saat hari Raya Galungan mencapai Rp. 2.500-Rp. 7.500 per sisir.
Di lain pihak, akibat masih kurangnya sarana transportasi dari pusat produksi pisang ke pasar, menyebabkan harga pisang merosot. Permasalahan ini sebetulnya dapat diatasi dengan mengembangkan industri pengolahan pisang di daerah sentra produksi pisang. Sebagai contoh industri getuk pisang yang berkembang pesat di Kediri, Jawa Timur. Harga getuk pisang di tingkat produsen dijual rata-rata Rp. 1.000 per bungkus, pada tahun 2002. Sementara itu di Jawa Barat telah berkembang industri pisang sale yang berasal dari pisang Ambon. Harga pisang sale dari produsen rata-rata Rp. 6.000 per bungkus (0,5 kg), pada tahun 2004. Dari 100 kg buah pisang dapat dihasilkan 70 bungkus pisang sale.

2.2 Posisi Agribisnis komoditas Pisang di Pasar Internasional
Di pasar internasional volume ekspor pisang segar Indonesia pada periode 1995 sampai 1999 mencapai 70.000 – 100.000 ton per tahun. Volume ekspor tertinggi dicapai pada tahun 1996 dengan nilai sekitar US $ 18.166.141. Namun selanjutnya ekspor pisang Indonesia menurun dan pada tahun 2003 hanya sebesar 27 ton (US $ 8.000) (Tabel 3.). Volume impor pisang Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 1999 yaitu 371 ton dengan nilai US $ 265 ribu, kemudian menurun sampai dengan tahun 2001 hanya sebesar 7 ton (US $ 15 ribu), dan pada tahun 2003 telah mencapai 464 ton (US $ 215.000).
Tabel 3. Perkembangan ekspor dan impor pisang Indonesia tahun 1996-2003
Tahun Ekspor Impor
Volume (ton) Nilai US Volume (ton) Nilai US
1996 101.495 18.166.141 46 67
1997 71.028 13.224.000 22 40
1998 77.473 14.074.000 16 19
1999 76.087 11.102.000 371 265
2000 2.105 412.805 13 31
2001 262 49.839 7 15
2002 5.126 979.73 60 48
2003 27 8 464 215
Disamping itu Indonesia juga mengekspor produk olahan pisang meskipun volume dan nilainya masih kecil. Negara tujuan ekspor adalah Jepang, Singapura, Malaysia, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Australia, Amerika Serikat dan Belanda. Negara eksportir lainnya adalah negaranegara Amerika Latin seperti Ekuador, Honduras, Kolumbia, Costa Rica, Guatemala dan Panama dan negara-negara di Asia seperti Filipina dan Cina. Varietas pisang di perdagangan dunia adalah kelompok Cavendish. Kendala ekspor pisang Indonesia adalah mutu dan kontinuitas pasokan.
Usaha tani kebun pisang di Indonesia kebanyakan di pekarangan dan tegalan. Fasilitas infrastruktur khususnya pengairan belum ada. Fasilitas pengemasan, alat transportasi, rumah/gudang untuk penanganan segar juga belum memenuhi standar yang baik. Demikian pula fasilitas permodalan juga masih minimal. Beberapa inovasi teknologi pra-panen dan pasca panen hasil penelitian telah tersedia meliputi teknologi perbenihan, manajemen zat hara dan hama penyakit, penanganan segar dan pasca panen.
Tabel 4. Posisi Indonesia di beberapa negara penghasil pisang dunia Th 2003
No Negara Produksi (ton) Volume ekspor(ton) Nilai Ekspor (US)

1 India 16.820.000 10.877 2.517.000
2 Brazil 6.774.980 240.394 91.755.000
3 China 6.126.061 53.019 26.362.000
4 Ecuador 5.882.600 4.664.814 1.084.169.000
5 Philippines 5.500.000 1.828.220 333.000.000
6 Indonesia 4.311.959 27 8
7 Caribbean 1.916.556 220.771 30.013.000
8 Thailand 1.800.000 6.338 1.776.000
9 Colombia 1.510.940 1.424.819 389.648.000
10 Vietnam 1.221.300 81.429 3.855.000
11 Malaysia 500 24.478 6.512.000










III. KEBIJAKAN AGRIBISNIS KOMODITAS PISANG DI INDONESIA

Kebijakan harga pisang selama ini diserahkan kepada mekanisme pasar. Rantai perdagangan pisang dalam usaha skala kecil yang dimulai dari petani menjual ke pengumpul kemudian ke pedagang, harganya sangat bervariasi, tergantung pada varietas pisang. Akan tetapi untuk perkebunan skala besar, pengusaha dari kebun langsung ke pasar ritel, dan sisanya yang bermutu rendah dilempar ke pasar tradisional.

1 komentar:

  1. How do I claim a No deposit bonus at Luckyland Casino?
    It's 슬롯사이트 no secret that Luckyland offers a 바카라 사이트 great selection of 데일리 벳 online betmove casino games for both new and seasoned players. To claim the £200 welcome bonus, you will need to 메이저사이트 추천

    BalasHapus